Wednesday, September 15, 2010

BUPATI/WALIKOTA KREATAIF: BUDI DAYA LEBAH MADU DARI DESA SAMPAI KE KOTA

BUPATI/WALIKOTA KREATAIF:
BUDI DAYA LEBAH MADU DARI DESA SAMPAI KE KOTA
Oleh: Haidlor Ali Ahmad

Kreatif yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah kreatif dalam pengertian positif. Artinya kretaif yang tidak merugikan orang lain dan hasilnya bisa dinikmati orang banyak, Hal ini perlu penulis tegaskan karena belakangan ini banyak orang yang kreatif tapi bersifat negatif, karena kreatifitasnya merugikan orang lain. Misalnya tukang tambal ban menyebar paku di jalanan supaya banyak mobil atau motor yang bannya kena paku, kemudian menambal ban di bengkelnya;; Hecker membobol ATM melalui kemampuannya menguasai kecanggihan teknologi computer; Pejabat yang melakukan tindak korupsi dengan kemampuannya membuat jaringan yang sistemik, dan perbuatan-perbuatan kejahatan lainnya yang menggunakan kecerdasan otak dan kecanggihan teknologi. Pada dasarnya orang-orang yang berbuat jahat dengan menggunakan kecerdasan dan kelicikan ini adalah orang-orang kreatif. Tapi kreatifitasnya itu merugikan banyak orang. Kalaupun menguntungkan orang lain hanya terbatas kelompoknya saja. Jika dikalkulasi secara lebih cermat antara kemaslahatannya dengan kemadlorotannya, lebih banyak kemadlorotannya.
Selanjutnya, tulisan ini penulis tujukan kepada bupati/walikota karena, dua pejabat inilah sebenarnya yang memiliki posisi strategis. Karena keduanya memiliki kekuasaan atas suatu wilayah, dan yang paling/ seharusnya tahu tentang competitive advantage yang dimiliki wilayahnya, serta memiliki garis komando kepada camat dan lurah. Karena posisi strategisnya itu, sehingga bisa muncul seorang bupati yang bernama Sutran yang bisa merubah petani Trenggalek yang sebelumnya hanya bisa memproduksi gaplek menjadi mengenal tanaman cengkeh; dan Bupati Karanganyar menjadikan wilayah di lereng bagian barat Gunung Lawu menjadi terkenal dengan sebutan Kabupaten Anturium. Yang tentunya sebagian penduduk di wilayahnya merasakan betapa derasnya aliran rupiah mengisi koceknya selama daun lebar bergelombang itu mengalami booming.
Contoh-contoh pejabat kreatif positif, sebenarnya masih banyak, tapi kalau mereka yang kreatif itu hanya level lurah/kepala desa maka yang ikut makmur pun biasanya hanya sebatas kelurahan/desa itu saja. Misalnya Kepala Desa Kiringan Magetan tahun 1990-an, yang berhasil menjadikan sebagian warganya menjadi peternak ayam telor. Sehingga di desanya nyaris tidak ada pengangguran, karena hampir semua warga terlibat dalam bisnis ayam petelor, disamping menjadi peternak, ada yang menjadi suplayer makanan ayam, pedagang telor, dan pekerja di peternakan.
Khayalan indah penulis, jika 50% bupati/walikota seluruh negeri ini kretaif positif, jumlah pengangguran, pengemis, dan penyandang masalah sosial lainya akan menurun secara drastis. Demikian pula angka kriminalitas akan ikut turun. Sehingga jika kita bepergian akan semakin nyaman, tidak lagi dihantui oleh penodong, penjambret dan pencopet, Jika naik kendaraan umum kita bisa tidur nyenyak, karena privasi kita tidak diganggu oleh para pengamen.
Letak posisi strategis bupati/walikota karena kewenangan dua pejabat ini untuk membuat regulasi. Misalnya jika komoditas tertentu secara nasional sudah over produksi, maka para bupati/walikota bisa melakukan rapat tingkat nasional, bisa menetukan daerah mana yang mendapat proteksi tetap memproduksi komoditas tersebut, dan daerah mana yang harus mengganti jenis produksinya.
Barangkali ini sekedar contoh yang bisa dilakukan oleh para bupati/wali kota. Belakangan ini sering dikampanyekan kegiatan penghijauan lewat berbagai mass media, terutama TV, dengan berbagai slogan, “Satu orang satu pohon”; “Tanamlah pohon, sebelum kau ditanam” dan lain-lain. Tentunya bagi bupati/walikota semangat dan tindakan riil penghijauan itu merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini perlu penulis tekankan karena kampanye penghijauan yang sedemikian rupa gegap-gempitanya, tapi realisasinya di daerah-daerah dan kota-kota hampir seluruh Indonesia yang pernah penulis jelajahi, dari Sabang sampai Keerom (perbatasan Indonesia-PNG di bagian utara), penghijauan nyaris hanya lip servise saja. Karena banyak jalan-jalan sepanjang kota yang panas tanpa pohon, ketika muncul ruko-ruko banyak pohon yang baru mulai rimbun ditebang. Sangat mungkin penebangan pohon masih jauh lebih pesat meski tanpa suara. Sementara penghijauan gaungnya nyaring sekali, meskipun realisasinya masih sepi.
Memang penghijauan banyak memiliki musuh-musuh bisu tapi sangat ganas, di tengah hutan ada banyak pembalak, di pinggiran hutan banyak petani miskin yang mencari kayu bakar, di kota-kota pemilik ruko dan pemasang iklan sangat benci dengan pohon rimbun karena dianggap sebagai penghalang,
Untuk itu penulis memberanikan diri memberikan saran penghijauan, dengan sekali rengkuh dayung dua-tiga pulau dapat dicapai, yakni penghijauan yang memiliki banyak manfaat. Pertama, untuk menjaga kesejukan udara, menyerap polusi dan memproduksi oksigen. Sebagaimana sering dikampanyekan dalam program-program penghijauan; Kedua, untuk keindahan, ini juga sering juga dikampanyekan; Ketiga, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Agar ketiga manfaat ini dapat diwujudkan maka pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan harus tepat.
Untuk manfaat pertama, pilihan tanamannya meliputi tiga jenis, yakni pohon besar, tinggi dan rindang, pohon perdu, dan rumput-rumputan yang dapat menutup tanah. Dengan ketiga jenis tumbuhan ini penyerapan terhadap polutan dapat maksimal, sehingga dapat menambah oksigen dan kesegaran udara. Untuk manfaat kedua, pohon besar dan rindang yang indah adalah pohon trembesi. Pohon ini selain indah dan rindang daunnya kecil, dan tembus sinar matahari, daunya berfungsi seperti paranet. Sehingga dibawahnya masih bisa ditanami tanaman yang lebih kecil, jenis perdu atau rumput, rumputan. Selain itu untuk keindahan bisa dipilih pohon yang banyak bunganya dan indah seperti pohon johar, bungur dan flamboyan. Untuk tanaman perdu yang banyak berbunga misalnya dipilih pohon kemuning, bunga merak dan hujan mas. Untuk jenis rumput rumputan bisa dipilih rumput jenis krokot, yang berbunga indah dan beraneka warna. Untuk manfaat ketiga, peningkatan pendapatan masyarakat, dengan dipilihnya tanaman berbunga, terutama tanaman yang memiliki bunga kupu-kupu banyak memiliki serbuk sari dan nectar yang menjadi makanan lebah, Ada lagi jenis tanaman berbatang semu yang bunganya mengandung banyak nektar yang disukai lebah adalah bunga tasbih atau kana italia. Jika sepanjang jalan dan seluruh lahan tidur dihijaukan dengan pilihan tanaman seperti di sebut di atas maka masyarakat dari desa hingga ke wilayah perkotaan bukan mustahil akan dapat berternak lebah.
Dari ternak lebah akan dihasilkan madu, yang bermanfaat untuk kesehatan yang bisa untuk menmenuhi kebutuhan rumah tangga atau bisa juga dijual. Dan madu merupakan komoditi yang lumayan nilai jualnya.
Untuk para bupati/walikota selamat mencoba, dan semoga rakyat semakin sejahtera dan bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar. Jika bupati/walikota kreatif, itu semua bukan sekedar isapan jempol tapi realita.***

2 comments:

  1. ok. emang bupati/walikota kudu kreatif.

    ReplyDelete
  2. Tks atas komennya.

    ReplyDelete

thanks for join!