Tuesday, September 28, 2010

MENJUAL NAMA DAN ASET NEGARA BELAJAR DARI PAK GESANG

MENJUAL NAMA DAN ASET NEGARA
BELAJAR DARI PAK GESANG
Oleh: Haidlor Ali Ahmad
Berbicara soal jual-menjual, ada istilah menjual nama yang artinya menggunakan nama orang lain, untuk memperoleh keuntungan pribadi. Biasanya nama orang yang bisa dijual adalah nama orang-orang terkenal dari tingkat RT sampai tingkat nasional. Pada prinsipnya nama-nama yang bisa dijual adalah nama-nama yang bisa dijadikan jaminan. Dengan menjual nama, si penjualnya bisa ikut bonafide, karena oleh lawan transaksinya akan memandang yang bersakutan mempunyai hubungan atau kedekatan dengan pemilik nama yang dijual itu.
Jual nama ini tentu saja tidak seijin atau di luar pengetahuan si pemilik nama. Oleh karena itu, jual nama ini termasuk bisnis ilegal. Sehingga, jika si pemilik nama mengetahui namanya di jual, biasanya akan marah-marah. Karena jual nama bukan perbuatan yang baik maka tidak patut ditiru dan harus dijauhi.
Ada lagi istilah jual aset negara alias jual kekayaan negara. Jual asset negara ini biasanya dilakukan oleh para penguasa yang pikirannya cupet (pendek). Penguasa yang berpikiran pendek adalah penguasa yang gampang panik ketika menghadapi situasi devisa negara menipis, dia tidak bisa mencari solusi, akhirnya mengambil jalan pintas menjual aset negara. Yang pasti penguasa yang seperti itu hanya bisa melihat jangka pendek saja, dia tidak bisa melihat jangka panjangnya seperti apa.
Penguasa seperti itu tentu saja hanya memikirkan keselamatan kekuasannya saja. Yang penting kekuasaannya stabil, tidak peduli harus menjual BUMN dan daerah pertambangan di-ijon-kan kepada perusahaan multi nasional dalam jangka yang panjaaaaang sekali. Akibatnya, anak cucu tinggal gigit jari. Semula mereka berfikir akan mendapat warisan kekayaan alam yang berlimpah, gak tahunya semuanya sudah menjadi milik orang asing.
Yang lebih menyedihkan, di kemudian hari anak cucu kita, baik bekerja di luar negeri, maupun bekerja di dalam negeri bosnya sama (orang asing). Lalu apa artinya dengan kemerdekaan yang pernah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan kita peringati setiap tahun?
Pada saat para penguasa telah menjual BUMN dan telah meng-ijon-kan daerah-daerah pertambangan, seiring itu pula kemerdekaan – terutama untuk anak cucu kita – telah ikut terjual atau tergadaikan. Kita tidak tahu apakah anak cucu kita kelak bisa menebus kemerdekaan yang telah tergadaikan itu? Sebagai orang yang masuk dalam kategori “selemah-lemahnya iman” kita hanya mampu berdoa “amit-amit jabang bayi” Yaa Tuhan jangan kau lahirkan anak cucu kita jika hanya akan menjadi budak orang asing di negeri sendiri.
Rupa-rupanya dalam soal jual-menjual kita harus belajar kepada Pak Gesang. Meskipun, Priyayi Solo yang satu ini tidak piawai dagang, padahal beliau hidup di lingkungan keluarga saudagar batik. Tapi Sang Maestro ternyata piawai dalam hal jual-menjual dan akibat bisnis jual menjual yang dilakukannya sangat bertolak belakang dengan jual nama yang biasa dilakukan orang, padahal beliau juga jual nama; juga bertolak belakang dengan penguasa yang menjual aset negara, padahal beliau juga menjual aset negara.
Pak Gesang telah menjual nama Bengawan Solo, tapi tidak ada yang marah, karena tidak ada yang dirugikan. Pak Gesang telah menjual aset negara (Bengawan Solo), tapi sungai yang mata airnya di kaki Gunung Seribu itu tetap milik kita dan kelak akan dapat diwarisi anak cucu kita.
Dengan menjual Bengawan Solo dalam kemasan lagu kroncong, Pak Gesang telah menjadi seorang Maestro Kroncong, nama bangsa menjadi harum ke seantero dunia. Bengawan Solo dijual tidak dibeli oleh perusahaan multi nasional, tapi dibeli oleh berbagai bangsa. Secara pribadi Pak Gesang memperoleh keuntungan, antara lain beliau menjadi seorang maestro kroncong, tapi bangsa dan anak cucu juga tidak kehilangan aset negara (Bangawan Solo), sehingga kita semua ikut berbangga. Ketika beliau dipanggil yang Maha Kuasa kita pun ikut berduka cita sedalam-dalamnya.
Jika kita mau menyontoh Pak Gesang, masih banyak nama dan aset negara yang lain yang bisa kita jual, dengan tanpa ada yang dirugikan. Banyak nama dan aset negara dari Sabang sampai Merauke, dari Talaut sampai Rote yang bisa kita jual dalam kemasan kroncong persis seperti yang dilakukan Pak Gesang, atau dalam kemasan dangdut, pop, rock dan seriosa, atau dalam kemasan lain, seperti novel yang selanjutnya bisa diangkat ke layar kaca atau layar lebar, semuanya terserah anda. Yang penting dalam hal ini tidak ada yang dirugikan.
Tentunya agar anak bangsa ini bisa semakin kreatif, maka disinilah letak tugas para penguasa untuk merubah citra menjadi pemimpin yang bisa ngayomi, bisa tut wuri handayani, ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa. Lebih utama jika para pemimpin bisa memberdayakan rakyat. Agar bisa memberdayakan rakyat, hendaknya para pemimpin bisa merubah cara pandang, misalnya cara pandang terhadap rakyat. Selama ini, para pemimpin selalu memandang rakyat dengan pandangan negatif (rakyat sebagai beban), hendaknya diubah menjadi cara pandang positif (rakyat sebagai aset dan sumber daya).
Apabila para pemimpin sudah bisa memandang rakyat sebagai aset dan sumber daya serta ada kemauan yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan rakyat, maka semboyan “mati satu tumbuh seribu” bukan mustahil bisa menjadi kenyataan. Sehingga di masa mendatang bukan mustahil akan muncul Gesang-Gesang yang lain dan dapat semakin mengharumkan nama bangsa. Demikian juga dalam lingkungan birokrasi dapat pula muncul ribuan Gesang, karena pada hakekatnya aset negara juga bisa dijual dan tetap utuh sebagai milik bangsa serta dapat diwariskan kepada anak cucu, jika aset negara dijual (misalnya) dalam kemasan industri pariwisata. Selamat para pemimpin dan rakyat negeri ini mudah-mudahan dari anda-andalah munculnya Gesang-Gesang yang lain.***

3 comments:

  1. I am interested in your opinion.

    ReplyDelete
  2. Biar negeri ini ga salah urus, para pemimpin hrs banyak belajar biar smart gitu lhoh! jangan asal nyari imapas aja!

    ReplyDelete
  3. Thanks for Megy dan Tks utk Rudy yg tlh kasi komen.

    ReplyDelete

thanks for join!